Home / News / Empat Ribu Anak Timor Leste Hilang
Personel TNI berjaga di pos perbatasan RI-Timor Leste di Motaain, Kabupaten Belu, NTT, Kamis (7/5). (ANTARA | HAFIDZ MUBARAK A )

Empat Ribu Anak Timor Leste Hilang

JAKARTA (HN) -Ribuan warga Timor Timur (kini Timor Leste) sejak 1979-1994 dikabarkan hilang. Komnas HAM beserta para aktivis lain berupaya menemukan di Indonesia dan akan mempertemukan lagi dengan keluarga mereka di negeri itu.

Direktur Asia Justice and Rights (AJAR) Galuh Wandita mengatakan, Minggu lalu pihaknya membentuk tim bersama Komnas HAM terkait kerja sama reuni keluarga 14 orang asal Timor Leste yang telah lama dipisahkan dari keluarganya. “Keempat belas orang tersebut terdiri atas 12 laki-laki dan dua perempuan. Banyak anggota keluarga mengasumsikan mereka sudah tidak ada,” katanya di Jakarta, Selasa (26/5).

Menurut Galuh, pertemuan 14 orang tersebut dengan keluarganya pada 18-23 Mei 2015 diapresiasi Pemerintah Timor Leste. “Perdana Menteri (PM) dan Mensos di sana menyambut luar biasa,” ujarnya.

Komisi Kebenaran Indonesia-Timor Leste membuat temuan, ada 4 ribu anak terpisah karena konflik di era Orde Baru itu. Usia anak yang hilang antara 5-15 tahun. “Ada dari mereka 15 tahun tidak pulang, ada yang diangkat jadi anak, ada yang kehidupannya baik, dan ada yang ditelantarkan,” kata Galuh

Menurut Galuh, yang dilakukan pihaknya rekomendasi Komisi Kebenaran dan Persahabatan Indonesia-Timor Leste (KKP) yang selesaikan laporannya pada 2008 dan didukung Perpres No 72 tahun 2011. “Pemerintah Indonesia harus berkomitmen mencari orang yang hilang dan anak-anak yang dipisahkan dari keluarganya di Timor Leste,” katanya.

Dia berpendapat, sampai kini belum ada tindakan konkret Pemerintah RI. Justru ada inisiatif masyarakat sipil lewat proses pertemuan tersebut yang diawali dengan MoU Komnas HAM dan Komnas HAM Timor Leste (PDHJ). “Kami imbau pemerintah ambil tindakan konkret untuk memulihkan hak anak-anak dan keluarga korban, serta memfasilitasi anak-anak yang terpisahkan untuk dipertemukan dengan keluarga mereka di Timor Leste.”

Wakil Ketua Komnas HAM Sandra Moniaga mengatakan, untuk tahap awal pihaknya fokus mencari orang asal Timor Leste yang dipindahkan ke Indonesia pada usia anak. “Mereka jauh lebih rentan karena belum bisa membuat keputusan untuk diri mereka sendiri,” katanya.

Menurut Sandra, respons positif datang dari Dubes Indonesia untuk Timor Leste Marcellinus Primanto Hendrasmoro yang menyebut pertemuan itu langkah maju rekomendasi KKP. “Beliau berharap akan lebih banyak lagi anak-anak yang dipertemukan dengan keluarganya,” ujarnya.

Sandra mengatakan, Komnas HAM dan PDHJ telah bekerja sama mendata anak-anak yang dipisahkan dari keluarganya di Timor Leste. “Bagi kami yang penting upaya bersama lembaga negara dan masyarakat sipil, itu efektif,” katanya.

Seorang anak yang sempat hilang Dominggus Sampelan berterima kasih telah dipertemukan dengan keluarganya di Timor Leste. “Kami dipisahkan dalam waktu sangat lama. Kami sudah dipertemukan dengan keluarga kami,” ujarnya. Dia berharap, hal serupa ditingkatkan lagi karena banyak saudaranya di Indonesia tak tahu keluarganya. “Pemerintah Indonesia dan Timor Leste harus memfasilitasi ini,” katanya.

About ACbit

The saying “Chega Ba Ita” underlines our belief that the CAVR report was written based on the experiences and voices of the people, for the people. It is not a document that should be shelved and forgotten. It is a living document to be understood, debated, and re-invented for generations to come.

Check Also

ACbit, KLISSO, and Lalisuk Village Authority Supported Women’s Economic Empowerment in RAEOA

Date: June 15, 2022 ACbit has been working with Hivos and Fokupers on the Reforsa …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *